Kamis, 23 Agustus 2018

EKG

Tidak ada komentar :
E.K.G
Siklus jantung normal
Laju normal : 60-100 kali/menit
P-R Normal: 0,12-0,20 detik
QRS Normal : 0,08 -0,12 detik
Gelombang P (depolarisasi atrium), QR
S (depolarisasi ventrikel), gelombang T (repolarisasi ventrikel)

Menganalisis EKG
⦁    Tentukan laju secara keseluruhan: < 60 kali/menit (bradikardi) , >100 kali/menit (takikardia)
⦁    tentukan regularisasi ( reguler/ireguler) jika ireguler apa terdapat pola tertentu?
⦁    Pemeriksaan gelombang P
i.    apakah terdapat gelombang P sebelum setiap QRS, apakah gelombang P ada atau lebih dari satu menandakan adanya gangguan
ii.    Bagaimana konfigurasi gelombang P, apakah melingkar atau seperti gergaji
iii.    apakah semuanya terlihat sama?
iv.    apakah terdapat gelombang P yang berada di dalam kompleks QRS atau gelombang T
⦁    Tentukan Interval PR
i.    apakah normal, memanjang atau memendek?
ii.    apakah dapat dihitung
iii.    apakah sama setiap denyut? adakah pola tertentu?
⦁    Pemeriksaan Kompleks QRS
i.    Apakah terdapat QRS setelah gelombang P
ii.    Apakah terlihat sama
iii.    apakah timbul lebih awal dari yang diharapkan
iv.    apakah terdapat pola tertentu pada kompleks QRS yang terjadi lebih awal

Macam macam kelainan irama jantung dan penanganannya:

1.    Takikardia supraventikuler (SVT)
⦁        laju: 150-250 kali per menit
⦁    irama: biasanya reguler
⦁    interval PR : tidak dapat ditentukan
⦁    gelombang P : biasanya tertutup gelombang T
⦁    QRS : 0,60 -0, 10 detik, > 0,10 jika dihantarkan melalui ventrikel
⦁    penyebab: nikotin, stress, ansietas, kafein
⦁    penaganan:  Manuver vagal, adenosine ( adenocard, adenoscan), amiodarone (cordarone, pacerone), diltiazem (cardizem), kardioversi, prooafenone (rythmol), flecainide (tambocor)

2. Atrial flutter
Nodus AV menghantarkan impuls ke ventrikel dengan berbagai derajat blok (2:1-2  gelombang flutter :1 QRS : 4:1- 4 gelombang flutter:1 QRS); hilangnya kontraksi atrium terlihat pada penyakit arteri koroner dan penyakit katup
⦁    laju atrial: 250-400 kalo permenit
⦁    interval PR: tidak dapat diterntukan
⦁    irama: reguler atau iregulernya tergantung derajat blok
⦁    gelombang P: gelombang seperti gergaji
⦁    laju ventrikel: lambat atau cepat tergantung derajat blok
⦁    QRS : Normal atau sempit
⦁    penanganan: Diltiazem; sotalol, propranolol, atau beta bloker, digoxin, amiodarone, propafenone, flecainide, magnesium,kardioversi listrik, ablasi radiofrekuensi; anti koagulan.

 3. Fibrasi atrial
Atrium melakukan gerakan bukan berkontraksi, tidak adanya kontraksi atrium, trombus mural dapat menyebabkan embolisme pulmural atau stroke. gejalanya seperti fatig, malaise, nadi meningkat dan penigkatan iskemia miokard
⦁    laju atrial: 400-600 kali/menit
⦁    interval PR : tidak dapat ditemukan
⦁    irama: ireguler
⦁    Gelombang P: tidak ada, glombang fibrilaturius
⦁    laju ventrikel: normal atau cepat
⦁    QRS : biasanya sempit
⦁    Penaganan : sama sepeti atrial flutter, ibutilide setelah kardioversi antikoagulan

4. Kontraksi ventrikel Premature (PVC)
Dapat uniform (satu fokus ektopik atau unifokali) atau fokus berbeda (multifokali) , klien dapat mengeluh rasa melayang, palpitasi, denyut jantung menghilang
⦁    Gelombang P : tidak ada sebelum PVC
⦁    Irama : ireguler ketika terjadi PVC
⦁    QRS : lebarm aneh, 0, 10 detik; dapat diikuti oleh pause kompensasi
⦁    penyebab : kafein, nikotin, stres, iskemia, toksisitas digoxin, ketidakseimbangan elektrolit, hipovolemia, demam, hipokalemia, hipoksia, hipermagnesemia, ketidakseimbagan asam basa
⦁    tata laksana : amiodarone, lidocaine

5. Takikardia ventikular (VT)
terdapat tiga atau lebih PVC yang terjadi bersamaan dengan bentuk dan amplitudo/ jarak yang sama . irama tidak stabil, mudah bekembang menjadi VF jika VT menetap dan tidak diobati pasien tidak memiliki denyut nadi , TD tidak terukur
⦁    Laju atrial : tidak dapat ditentukan, tidak ada gelombang P; tidak ada interval PR
⦁    laju ventikuler : > 100-250 kali permenit
⦁    irama : biasanya reguler
⦁    QRS : lebar dan aneh , >0.10 detik
⦁    penanganan : amiodarone, procainamide, lidocaine, satolol, kardioversi, sinkronisasi segera : VT tanpa denyut sama seperti VF

6. Fibrasi ventikular (VF)
Pola berantakan , tidak ada kontraksi yang efektif, tidak ada CO, tidak ada denyut , tidak ada TD. kematian otak terjadi dalam 4-6 menit. jika tidak diatasi.
⦁    laju atrial : tidak ada gelombang P; tidak ada interval PR dan tidak dapat di tentukan
⦁    laju ventrikuler : gelombang fibrasi tanpa pola
⦁    irama : ireguler
⦁    penanganan : amiodaron, procainamide, lidocaine, magnesium sulfat, defibrasi segera dengan  200-360 j, RJP epineprine, veipressin dan natrium bicarbonat; intubasi. akses IV jika tidak ada induksi hipotermia ringan 32-34 0C.

7. Blok AV Derajat 1
Masalah dalam konduksi, dapat dikembangkan menjadi blok yang lebih berat. pasien biasanya tidak memiliki gejala dan tidak ada perubahan hemodinamika.
⦁    Gelombang P : ada, sebelum QRS
⦁    irama : reguler
⦁    Interval PR : > 0,12 detik
⦁    QRS : Normal
⦁    penanganan : koreksi penyebab , pantau ketat, biasanya jinak

8. Blok AV Derajat II atau fenomena wanckebach
Hampir selalu bersifat sementara. jika bradikardia  CO2 menurun. membalik ketika kondisi yang mendasari teratasi (IM, CAD, induksi obat :  beta bloker, bloker kanal kalsium
Gelombang P : ada sampai satu gelombang P terblok tanpa adanya QRS
Irama : Ireguler
Interval PR : mulai memanjang sampai QRS menghilang
QRS : Normal
Penanganan : koreksi penyebab dasar, atropin atau pemicu sementara

9.  Blok AV derajat II- mobiz II
masalah pada bekas His atau cabang berkas. bradikardi, CO2 menurun, TD menurun, pasien simtomatik, dapat berkembang menjadi blok yang lebih serius
⦁    Gelombang P : ada namun atrial > laju ventikular ,
konduksi gelombang P : kompleks QRS dalam pola 2:1, 3:1, atau 4 :1
⦁    Irama : Reguler
⦁    Interval PR : Normal jika gelombang P diikuti dengan QRS
⦁    QRS : Normal namun QRS secara periodik menghilang, kadang-kadang lebar
⦁    penanganan : atropine untuk bradikardia, isoproterenol jika laju sangat lambat ( alat pacu)

10. Blok AV Derajat III
tidak adanya potensi antara kontraksi atrium dan ventrikel
berpotensi mengancam nyawa, (Bradikardia, CO2 menurun rastis, tekanan darah menurun, pasien simtomatik
toksisitas digoxin merupakan penyebab yang sering
⦁    Gelombang P : ada namun laju atrial > laju ventikular, konduksi gelombang P tidak berhubungan dengan kompleks QRS
⦁    irama : laju atrial dan laju ventikular reguler
⦁    interval PR : tidak ada hubungan gelombang P dengan kompleks QRS
⦁    QRS : biasanya lebar
⦁    Penanganan : atropine untuk bradikardi, isoprotenol alat pacu

Tidak ada komentar :

Posting Komentar