Senin, 22 Juni 2015

Glomerulonefritis

Tidak ada komentar :
Glomerulonefritis
  
A.DEFINISI
Glomerulonefritis merupakan penyebab terbesar penyakit ginjal tahap akhir, selain hipertensi, gagal ginjal polikistik, dan penyakit ginjal Glomerulonefritis adalah suatu reaksi imunologil pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang paling sering terjadi adalah infeksi oleh sterptococus, sering ditemukan pada usia 3 – 7 tahun. obstruksi infeksi. Penyakit ini mengenai bagian glomerulus akibat reaksi antigen dan antibody. Antigen yang membentuk komplek antigen-antibodi ikut mengalir dalam darah adan mengendap dalam ginjal. Akhirnya, terjadi inflamasi yang menyebabkan rusaknya ginjal. Glomerulonefritis yang rusak menyebabkan kebocoran protein atau adanya sel darah merah dalam urin. (anonym, 2008)

B. ETIOLOGI
Glomerulonefritis disebabkan oleh beberapa penyebab, diantaranya adalah:
1.    Streptococcus beta hemoliticus group A
2.    Keracunan (timah hitam, tridion)
3.    Penyakit sipilis
4.    Trombosis vena renalis
5.    Penyakit kolagen, (anonym,2008)
6.    Sindrom Goodpasture
7.    Vaskulitis
8.    Lupus eritematosus sistemik
9.    Mikroangiopati trombotik (sindrom uremia hemolitik, purpura trombositopeni trombotik)

C. MANIFESTASI KLINIS
    Gejala umumnya adalah hematuri berat, oliguria berat, dan nyeri pinggang. Kecurigaan terutama bila ditemukan:
1.    Sindrom nefrotik skut pada orang dewasa.
2.    Hematuria mikroskopik yang berat pada sindrom nefrotik akut
3.    Proteinuria berat pada sindrom nefrotik akut.
4.    Oliguria atau anuria.
5.    Penurunan laju filtrasi glomerulus.
6.    Adanya penyakit sistemik. (Mansjoer dkk, 2001)
Tanda – tanda yang lain yang dapat memunculkan kecurigaan seseorang tersebut menderita glomerulonefritis adalah:
1.    Edema ringan di sekitar mata atau seluruh tubuh
2.    Sakit kepala, merasa lemah.
3.    Nyeri pinggang dan menjalar ke abdomen. (anonim, 2008)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
    Karena merupakan kedaruratan, yang terpenting adalah biopsi ginjal. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan sesuai dengan pada sindrom nefrotik akut. (Mansjoer dkk, 2001)
    Pada pemeriksaan laboratorium pasien penderita glomerulonefritis didapat beberapa fenomena sebagai berikut:
⦁    Hb menurun
⦁    Serum kreatinin dan ureum meningkat
⦁    Elektrolit serum (natrium meningkat)
⦁    Urinalisis (BJ urin meningkat, albumin positif, eritrosit positif, leukosit positif).

E. KOMPLIKASI
1.    Dapat berlanjut menjadi glomerulonefritis kronis jika terjadi dalam jangka waktu yang lama.  

F. PENATALAKSANAAN
    Dalam kasus glomerulonefritis ada 2 jenis penatalaksanaan yang mungkin bisa membantu pasien yang terkena kasus tersebut. Penatalaksanaannya sebagai berikut:
1. Perturkaran plasma
Pertukaran plasma secara intensif, biasanya menukar 4 liter plasma pasien dengan albumin atau cairan plasma protein setiap hari selama 1-2 minggu, diikuti dengan penurunan bertahap dalam frekuensi, dikombinasi dengan imunosupresi dan terapi antitrombotik (biasanya prednisolon 1 mg/kg/BB/hari, siklofosfamid 1,5-2,5 mg/kg/BB/hari dan dipiridamol 400 mg/hari). Dengan terapi ini, biasanya hanya pasien dengan anuria lengkap yang tidak mengalami perbaikan fungsi ginjal.
2. Terapi steroid pulsasi
Diberikan metilprednisolon secara intravena dengan pulsasi berupa 1 g/hari selama 3 hari, atau 30 mg/kg/BB setiap hari kedua untuk tiga dosis dan diulangi 1 minggu kemudian bila responnya tidak baik. (Mansjoer dkk, 2001)
Penatalaksanaan lain yang bisa diterapkan atau dilakukan adalah:
1.    Pembatasan cairan dan elektrolit
2.    Berikan antihipertensi
3.    Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari) dianjurkan untuk dialisa peritoneal dan hemodialisa.
4.    Antibiotika.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
    Ada beberapa diagnosa keperawatann yang sering muncul pada kasus glomerulonefritis. Berikut diagnosa keperawatannya:
1.    Kelebihan volume cairan b.d disfungsi ginjal
2.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang kurang.
3.    Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
4.    Resiko kerusakan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi tubuh

H. INTERVENSI KEPERAWATAN
    Untuk mengatasi permasalahan keperawatan yang muncul pada kasus glomerulonefritis, ada beberapa intervensi yang te
Diagnosa 1
1.    Observasi tanda vital setiap 2 jam sekali
2.    Kaji status cairan, obsevasi intake dan output
3.    Jelaskan pada pasien pentingnya pembatasan cairan
4.    Timbang berat badan pada waktu, alat, dan pakaian yang sama
5.    Observasi hasil lab: BJ urin, albumin, elektrolit, dan darah
Diagnosa 2
1.    Catat pemasukan makan setiap kali habis makan
2.    Catat gejala yang timbul setelah makan, seperti mual – mual.
3.    Kaji pola dan kebiasaan makan klien.
4.    Sajikan makanan yang menarik dan hangat, porsi kecil tapi sering.
5.    Berikan diet tinggi kalori rendah protein, tinggi karbohidrat rendah garam.
Diagnosa 3
1.    Kaji aktivitas yang biasa dilakukan pasien.
2.    Anjurkan klien melakukan aktivitas sesuai kemampuannya.
3.    Bantu aktivitas yang belum bisa dilakukan oleh klien.
4.    Batasi aktivitas klien selama perawatan.
Diagnosa 4
1.    Observasi perkembangan kulit klien setiap hari.
2.    Anjurkan klien untuk miring kiri dan miring kanan setiap 2 jam.
3.    Lakukan masase, olesi minyak atau lotion pada kulit klien.
4.    Pertahankan kulit klien tetap kering.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar